Untuk meredam tingginya degradasi moral masyarakat, memasuki tahun 2009 Pemerintah Kota (Pemkot) Bima memastikan akan membangun kembali nilai budaya positif dan adat istiadat Bima. Selama ini, masyarakat dinilai kerap mengadopsi nilai-nilai budaya luar.
Hal itu dikatakan Pelaksana Tugas (Plt) Kabid Pemberdayaan Adat dan Pengembangan Sosial Budaya Masyarakat Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan (BPMPK) Kota Bima, Muhammad Iqbal, Rabu (7/1).
Menurut Iqbal, fenomena kecendrungan masyarakat menanggalkan nilai budaya transenden dan adat istiadat saat ini mendorong tingginya degradasi moral. Contohnya, masyarakat cenderung melegalkan konsumsi minuman keras (Miras). “Selama ini masyarakat cenderung mengadopsi budaya luar, sehingga nilai-nilai adap istiadat kita sendiri justru dilupakan. Budaya-budaya orginal kita (Bima) harus dibangkitkan lagi, karena jika saja masyarakat tetap menganut budaya asli, maka tidak mungkin budaya negatif saat ini berkembang pesat,” katanya.
Dalam jangka panjang, katanya, metamorfosis masyarakat menganut modernitas akan berpengaruh buruk terhadap dinamika kehidupan manusia. Hal-hal yang sebelumnya dianggap tabu justru dijadikan trend. “Selain membangkitkan budaya, tahun 2009 Pemerintah Kota Bima berkomitmen membangun masyarakat yang religius. Kita harapkan dengan begitu, muncul kesadaran seluruh masyarakat,” katanya.
Untuk mewujudkan rencana itu, lanjut Iqbal, pemerintah bakal terus berkampanye agar masyarakat kembali menganut budaya lama yang bernilai positif. Seperti rimpu yang menjadi salah satu trend mode wanita Bima tempo dulu. “Upaya ini sangat perlu, karena kalau tidak, masyarakat kita akan hancur oleh perubahan sistem atau budaya luar yang memang tidak cocok atau pantas bagi kita orang Timur,” katanya.
Pemerintah juga akan berkoordinasi dengna sejumlah pemangku adat, budayawan, dan sesepuh. Selain itu, Pemkot Bima juga akan membangkitkan nilai kesenian lama seperti tarian khas buja kadanda yang saat ini hampir punah karena tidak diwarisi kepada generasi muda. Pembangunan budaya positif memerlukan dukungan dari berbagai pihak, salah satunya Majelis Ulama Indonesia (MUI), maupun tokoh pemuda lainnya.
“Insya Allah kalau program ini selesai kita susun, dalam waktu dekat kami akan menyosialisasikan pentingnya peran budaya kepada masyarakat. Kita juga akan melibatkan berbagai pihak,” katanya.
Dikatakan Iqbal, pemberdayaan budaya masyarakat sangat penting, karena akan menentukan arah masa depan suatu daerah. Bentuk pembinaan budaya secara dini akan menghasilkan generasi penerus memiliki tanggungjawab dan kompetensi intelektual maupun nilai spiritual.
“Kalau nilai budaya, adat atau spiritual itu sudah dipahami, maka tidak akan ada lagi pemuda yang mabuk-mabukan, karena itu semua berawal dari kebiasaan atau nilai budaya,” pungkasnya.
Hal itu dikatakan Pelaksana Tugas (Plt) Kabid Pemberdayaan Adat dan Pengembangan Sosial Budaya Masyarakat Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan (BPMPK) Kota Bima, Muhammad Iqbal, Rabu (7/1).
Menurut Iqbal, fenomena kecendrungan masyarakat menanggalkan nilai budaya transenden dan adat istiadat saat ini mendorong tingginya degradasi moral. Contohnya, masyarakat cenderung melegalkan konsumsi minuman keras (Miras). “Selama ini masyarakat cenderung mengadopsi budaya luar, sehingga nilai-nilai adap istiadat kita sendiri justru dilupakan. Budaya-budaya orginal kita (Bima) harus dibangkitkan lagi, karena jika saja masyarakat tetap menganut budaya asli, maka tidak mungkin budaya negatif saat ini berkembang pesat,” katanya.
Dalam jangka panjang, katanya, metamorfosis masyarakat menganut modernitas akan berpengaruh buruk terhadap dinamika kehidupan manusia. Hal-hal yang sebelumnya dianggap tabu justru dijadikan trend. “Selain membangkitkan budaya, tahun 2009 Pemerintah Kota Bima berkomitmen membangun masyarakat yang religius. Kita harapkan dengan begitu, muncul kesadaran seluruh masyarakat,” katanya.
Untuk mewujudkan rencana itu, lanjut Iqbal, pemerintah bakal terus berkampanye agar masyarakat kembali menganut budaya lama yang bernilai positif. Seperti rimpu yang menjadi salah satu trend mode wanita Bima tempo dulu. “Upaya ini sangat perlu, karena kalau tidak, masyarakat kita akan hancur oleh perubahan sistem atau budaya luar yang memang tidak cocok atau pantas bagi kita orang Timur,” katanya.
Pemerintah juga akan berkoordinasi dengna sejumlah pemangku adat, budayawan, dan sesepuh. Selain itu, Pemkot Bima juga akan membangkitkan nilai kesenian lama seperti tarian khas buja kadanda yang saat ini hampir punah karena tidak diwarisi kepada generasi muda. Pembangunan budaya positif memerlukan dukungan dari berbagai pihak, salah satunya Majelis Ulama Indonesia (MUI), maupun tokoh pemuda lainnya.
“Insya Allah kalau program ini selesai kita susun, dalam waktu dekat kami akan menyosialisasikan pentingnya peran budaya kepada masyarakat. Kita juga akan melibatkan berbagai pihak,” katanya.
Dikatakan Iqbal, pemberdayaan budaya masyarakat sangat penting, karena akan menentukan arah masa depan suatu daerah. Bentuk pembinaan budaya secara dini akan menghasilkan generasi penerus memiliki tanggungjawab dan kompetensi intelektual maupun nilai spiritual.
“Kalau nilai budaya, adat atau spiritual itu sudah dipahami, maka tidak akan ada lagi pemuda yang mabuk-mabukan, karena itu semua berawal dari kebiasaan atau nilai budaya,” pungkasnya.